Trilogy our married [The Last Phrase]

 Trilogy Our Married

By

Neul_LDH

 

 

Cinta itu terlalu indah sayangku..

–“Aku mencintaimu” kata yang tidak akan pernah bosan untuk dikatakan atau pun didengarkan.

Saat jantung yang berdetak  itu selalu menenangkan.

Mencintai dengan benar adalah suatu keharusan, tidak peduli apa pun yang terjadi.

Dalam suka dan duka.”

-ooo-

Donghae’s Apartement, South Korea.

April 11, 2013.

“Kau menghentikan program itukan?”

“Tidak!”

“Aku serius dengan perkataaanku waktu itu”

Terdengar jelas ditelinga hyunri langkah besar donghae, laki-laki itu berjalan kearahnya. Dan tentu saja kini laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu berdiri tepat disamping meja belajarnya. Walaupun begitu, sepertinya Hyunri sama sekali tidak berniat untuk mendebat hal ini dengan Donghae. Pikirannya sekarang jelas tertuju pada semua tugas akhir yang membuatnya kepalanya selalu ingin pecah. Kenapa para ilmuan selalu berpikir tentang hal yang selalu berlebihan. Mereka mempersulit sesuatu yang mudah.

“Aku tidak ingin membahas ini”

“Mwo? Kenapa kau tidak melalukan apa yang ku minta, sampai kapan kita akan hidup seperti ini. Kau tau sendirikan bagaimana aku begitu menginginkannya? Kita sudah terlalu lama menundanya hyun~na,”

“Aku bahkan memimpikannya.”

Donghae pikir hanya ia yang begitu menginginkan kehadiran sosok kecil dalam rumah tangga mereka. Sosok yang akan menjadi pelengkap rumah tangga mereka. Namun sebenarnya tidak. Dalam hati Hyunri, Ia pernah berpikir bagaimana ia saat mengandung nanti, saat melahirkan, dan saat melihat wajah anak mereka kelak, apakah akan mirip dengannya atau akan mirip dengan ayahnya -Donghae. Ia lebih berharap anak mereka kelak akan mirip dengan ayahnya. karena Hyunri juga menginginkannya.

“Apa aku harus terus mengulang perkataanku, jelas semuanya tetap sama donghae~ya. Pemikiranku tetap tidak berubah.”

“Astaga Choi Hyunri. Sampai kapan? Sampai kapan? Ini sudah lebih dari dua tahun kita bersama.” Kini sifat menyebalkan milik Donghae keluar yang terkadang menyulut emosi Hyunri, laki-laki itu mulai cerewet. Dengan perasaan gusar ia mengacak rambutnya.

“Berhenti berkata seolah-olah aku yang salah dalam hal ini, seolah akulah penyebab ini semua. Kau pikir mudah? Kau pikir mudah mengandung selama Sembilan bulan, berjalan kemana-mana membawa perutku yang besar, tidak hanya perutku tapi tubuhku. Aku mahasiswa semester akhir tingkat dua Lee donghae! Bagaimana dengan tugas akhirku jika yang kurasakan adalah mual, pusing, menginginkan ini itu, merasakan sakit diseluruh tubuhku, kau pikir kau akan ada disampingku selama dua puluh empat jam penuh?”

Hyunri memutar kursinya sehingga tubuhnya menghadap laki-laki itu, Ia mendongak menatap wajah suaminya, “kumohon hentikan!” ucap Hyunri dengan pelan, Ia tidak ingin membuat perdebatan ini berakhir dengan pertengkaran diantara mereka.

“Kenapa mengandung anakku saja serasa begitu berat untuk kau jalani.”

Donghae menatap mata Hyunri dengan tatapan yang diartikan Hyunri sebagai semenyedihkan itukah mengandung anakku bagimu. Biar bagaimana pun Hyunri merasa ia benar-benar disalahkan dalam hal ini. Kenapa suaminya menganggapnya seperti itu.

“Sudah ku katakan, aku tidak menolak untuk hamil jika itu waktu yang tepat. Dan sekarang, aku belum siap kau tau itu,” Hyunri menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya, menegak liurnya sendiri yang seperti ribuan jarum yang masuk kedalam tenggorokannya “Kau hamili saja gadis lain kalau begitu, aku yakin tanpa kau paksa pun gadis itu akan suka rela mengisi perutnya dengan calon anakmu!”

Donghae diam. Terlalu terkejut atas perkataan istrinya. Ia tidak akan menikahi gadis mana pun di dunia selain istrinya. Donghae hanya ingin anak itu lahir dari rahim istrinya. Jika pada akhirnya Hyunri menolak sekali pun untuk hamil. Donghae rela tidak memiliki seorang anak, asalkan Hyunri –Istrinya selalu ada disampingnya. Bersamanya. Seperti janji mereka. Dalam suka dan duka.

Donghae memegang kedua bahu Hyunri dengan pelan seolah tubuh yang ada dihadapannya sekarang adalah benda yang paling berharga didunia. Ia menundukkan tubuhnya, mempersempit jarak diantara mereka dan memeluk tubuh istrinya dengan pelan, menyembunyikan wajahnya dilekukan leher Hyunri.

-ooo-

“Maaf…, maafkan aku” sela Hyunri pelan saat tangan kekar itu melingkar ditubuhnya.

Hyunri merasa pelukan Donghae selalu pas ditubuhnya, bau suaminya membuatnya seperti candu. Ia menyandarkan kepalanya sejenak didada bidang milik donghae, merasakan detakan jantung suaminya yang terdengar jelas ditelinganya. Untuk beberapa saat ia memikirkan sesuatu tentang perkataannya tadi sore. Ia menghela napas kemudian mendongak menatap wajah suaminya, wajah itu seperti malaikat, dengan bentuk hidung yang jelas sempurna dan bibir yang selalu menjadi favorite bagi Hyunri. Tangannya yang awalnya diam kini terulur, bergerak menyentuh pelan mata Donghae yang sudah tertutup.

“Tidurlah.” Suruh donghae dengan mata tertutup.

“Kau menyesal menikahiku?” pertanyaan itu melucur begitu saja dari mulut Hyunri.

Pelukan itu semakin kuat, untuk beberapa saat tidak ada jawaban sama sekali dari Donghae. Hanya bunyi dentuman jarum jam yang terdengar samar yang mendominasi ruangan mereka. Hyunri berpikir bahwa Donghae mungkin saja sudah terlelap kedalam mimpinya. Ia mulai memejamkan matanya perlahan, merasakan hembusan nafas suaminya dan nafasnya yang menjadi satu.

“Aku mencintaimu.”

Hyunri masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Donghae. Ia tau Donghae tidak tidur dan juga sebaliknya. Hyunri selalu merasakan sesuatu yang lebih saat Donghae mengatakannya. Lembut namun menusuk. Perutnya bahkan selalu bergejolak saat laki-laki itu mengatakan bahwa Ia mencintanya –Hyunri. Ada perasaan menyengat sekaligus dikepalanya tapi jelas Hyunri sangat suka mendengarnya. Sangat suka.

“Aku mencintaimu, istriku… Aku mencintaimu.”

Hyunri membuka matanya mendongakkan wajahnya menatap wajah suaminya sejenak lalu bergerak membunuh jarak diantara mereka. Memberikan sebuah kecupan lembut dibibir suaminya.

Aku lebih mencintamu. Suamiku.

-ooo-

“Sudah mandi?” Tanya Hyunri saat melihat Donghae keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah. Ia menatap suaminya yang tengah berjalan kearahnya. Hanya dengan celana kaos berwarna hitam panjang dan kaos biru lengan pendek pas badan mampu membuat Hyunri terpana melihat suaminya.

Ketampananmu membuatku pusing suamiku

Hyunri kini membalikkan badannya sambil memejamkan mata sejenak untuk menghilangkan rasa terpesonanya terhadap suaminya. Ia kembali menatap masakan yang tengah dibuatnya. Tanpa Hyunri sadari, Donghae tersenyum melihat tingkah istrinya, ia berpikir sampai kapan dirinya akan berhenti untuk tersenyum hanya karena menatap istrinya yang sedang salah tingkah. Donghae juga berpikir sampai kapan istrinya akan terbiasa dengan setiap kehadirannya, perlakuannya.

Donghae berjalan pelan dibelakang istrinya melingkarkan lengannya dipundak Hyunri, membuat tubuh gadis itu sedikit menegang. Dan Donghae tentu dapat merasakan perubahan itu. Tapi pagi ini Ia merasa perlu bermain-main sebentar dengan istrinya.

“Eo. Kau masak apa?”

Donghae berucap pelan didekat telinga Hyunri. Kemudian mengecup leher istrinya sebentar tanpa meninggalkan tanda apa pun. Donghae hanya ingin bermain-main. Karena Ia tidak ingin membuat pekerjaan istrinya terganggu hanya karena tindakannya.

“S.Sup…” jawaban gugup Hyunri membuat Donghae semakin senang menggoda istrinya.

“Tidak ada ciuman atau kecupan untukku?”

Hyunri ingin menjawab pertanyaan Donghae dengan menyuruh suaminya itu untuk duduk. Tapi Hyunri kalah cepat, sebelum Ia sempat mengeluarkan sepatah kata pun tangan Donghae sudah berada dilehernya menarik wajahnya hingga bibir itu mengunci mulutnya dengan sekali lumatan.

“Kau cantik.” bisik Donghae diatas bibir Hyunri, lalu kembali melanjutkan ciumannya untuk beberapa saat. Ia tidak atau ini sudah ciuman keberapa diantara mereka. Donghae melapaskan ciumannya, menatap wajah istrinya yang tengah memerah.

“Hihihi.”

“Kenapa tertawa Lee Donghae?”

“Tidak.”

Aku tertawa karena melihat wajah merahmu istriku, sampai kapan kau akan terbiasa dengan ciumanku.

Kemudian dengan santainya berjalan meninggalkan Hyunri yang masih berdiri mematung, Ia sama sekali tidak menghiraukan akibat dari perbuatan yang telah Ia lakukan pada istrinya padahal Ia dengan jelas melihat dampak tersebut.

“Sayang, sadarlah..” ucap Donghae sambil tertawa keras.

“Bodoh!! Kenapa kau bodoh sekali Lee Hyunri” Hyunri menggumam sendiri sambil memukul-mukul kepalanya. Kenapa Ia bisa terlihat begitu lemah dimata laki-laki itu.

“E… Soal kemaren, aku minta maaf, dan…”

Hyunri sudah minta maaf tadi malam, seharusnya ia merasa lega tapi nyatanya tidak. Ia meletakkan semangkok sup itu dihadapan Donghae yang tengah menatap setiap gerak-geriknya. Kemudian meletakkan semangkok lagi untuknya. Hyunri duduk berhadapan dengan Donghae yang masih asyik menatap istrinya.

“Kapan kau berangkat?”

Hyunri mulai bertanya merasa risih dengan sikap Donghae yang terus menatapnya.

“Aku mencintaimu”

“….”

“Aku mencintaimu”

“Yakk~ hentikan! Jangan mengatakan itu terus. Aku ingin makan dengan tenang dan jangan merusaknya bodoh!”

Hyunri benar-benar tidak tahan lagi.

“Aku mencintaimu”

“Aku bisa gila karenamu Lee donghae, tadi malam kita baru saja bertengkar dan sekarang kau menggodaku.”

“Aku tidak menggodamu.”

“Bagaimana kau bisa mengatakan bahwa kau tidak sedang menggodaku, sudah jelas kau mengucapkan cinta berulang kali. Aku tau kau mencintaiku. Tapi tolong hentikan, perutku sakit mendengar kau mngucapkannya.”

“Aku juga mencintaimu, aku mencintaimu”

“Eomma bunuh aku sekarang juga”

-KKEUT-

Saya kembali istri dari paduka yang mulia Lee Donghae… adakah yang rindu??

Terinspirasi waktu donghae update twitter bareng anak-anak, terus acara suju-M, dia nyium + meluk tu anak kecil. karena intinya saya benci dengan anak kecil, tapi setelah dipikir-pikir hati saya benar-benar tersentuh dengan sikap donghae waktu itu..*ngelusperut*

saya tidak akan sesering pasangan saya dalam memposting tulisan *ngelirikSPARYEULHYE*

bye -Taeyeon- *smirk*

One thought on “Trilogy our married [The Last Phrase]

Leave a comment